Hama
Rayap
Sumber : http://harno-blog.blogspot.com/2012/06/pengendalian-hama-dan-penyakit-tanaman.html#ixzz2DRhtnNzj
Rayap
pada umumnya berkumpul dan bersarang pada
tanaman
yang sudah mati. Serangan pada tanaman karet
biasanya
setelah tanaman karet mati sebagai akibat dari serangan
jamur akar putih (JAP) atau pada areal penanaman yang
menggunakan bahan tanam stump mata tidur yang kekeringan.
Namun demikian untuk tanaman muda bisa
terjadi
serangan apabila terjadi kekeringan pada saat musim
kemarau.
Pengendalian hama ini adalah:
Membersihkan
tunggul-tunggul sisa pembukaan lahan.
Menanam
dengan bahan tanam polybag.
Menaburkan
Carbofuran (Furadan atau Dharmafur) di
sekitar
tanaman yang terserang sebanyak satu sendok
makan.
Penyakit
akar putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit
ini dapat menyerang pada tanaman di
pembibitan
sampai tanaman menghasilkan. Tanaman yang
terserang
terlihat daun tajuknya pucat kuning dan tepi atau ujung
daun tajuknya terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati.
Adakalanya terbentuk daun muda
atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman
sakit terdapat benang-benag berwarna putih dan agak
tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna
jingga kekuning-kuningan pada
pangkal akar. Pada serangan berat akar tanaman menjadi
busuk dan tanaman akan tumbang dan mati.
Penyakit
ini bisa menular pada tanaman yang sehat di
sekitarnya
melalui kontak akar. Pencegahan:
Pembongkaran
atau pemusnahan tunggul akar tanaman.
Penanaman
bibit sehat. Bibit stum mata tidur yang akan
dimasukkan
ke polybag atau akan ditanam sebaiknya
diseleksi
dulu, bibit yang tertular masih dapat digunakan dengan
cara mencelupkan bagian perakaran dengan
larutan
terusi 2%.
Pada
areal yang rawan jamur akar putih, yaitu lahan yang
terdapat banyak tunggul, tanah gembur dan
lembab
sebaiknya tanaman ditaburi belerang sebanyak
100-200
gr/pohon selebar 100 cm, yang kemudian dibuat alur
agar belerang masuk kedalam perakaran.
Pemberian
belerang ini diberikan setiap tahun sekali
sampai
dengan tanaman berumur lima tahun.
Pemupukan
yang rutin agar tanaman sehat (klik link dibawah ini untuk melanjutkan membaca).
Pengobatan
tanaman sakit:
Dilakukan pada saat serangan dini dan
dilaksanakan setiap
enam bulan sekali. Pengobatan dilakukan dengan cara
menggali tanah pada daerah leher akar, kemudian leher
akar diolesi dengan fungisida dan tanah ditutup kembali
dengan tanah 2-3 hari setelah aplikasi.
Pada
areal tanaman yang mati sebaiknya dilakukan
pembongkaran
tunggul dan diberikan belerang sebanyak
200
gr, agar jamur yang ada mati.
Jamur
upas (Corticium salmonicolor)
Penyakit
ini merupakan penyakit batang atau cabang.
Jamur
ini mempunyai empat tingkat perkembangan. Mulamula terbentuk lapisan jamur yang tipis
dan berwarna putih pada
permukaan kulit (tingkat sarang laba-laba), kemudian berkembang membentuk kumpulan
benang jamur (tingkat bongkol-bongkol),
selanjutnya terbentuk lapisan kerak
berwarna
merah muda (tingkat corticium) pada tingkat ini jamur telah masuk ke dalam kayu,
terakhir jamur membentuk lapisan
tebal berwarna merah tua (tingkat necator). Pada bagian yang terserang pada
umumnya terbentuk latek
berwarna coklat hitam. Kulit yang terserang akan membusuk
dan berwarna hitam kemudian mengering dan
mengelupas.
Pada serangan lanjut tajuk percabanagan akan
mati
dan mudah patah oleh angin. Serangan ini terlihat pada tanaman muda yang berumur tiga
samapai tujuh tahun dan penyebarannya
pada daerah-daerah yang lembab dengan
curah
hujan tinggi.
Pengendalian:
Pada
daerah lembab menanam tanaman yang tahan, yaitu AVROS
2037, PR 261, BPM 24, RRIC 100, BPM 107 dan
PB
260
Jarak
tanam tidak terlalu rapat.
Pengobatan
dilakukan sejak awal mungkin yaitu dengan
menggunakan
Calixin 750 EC dan Antico F-96 setiap tiga
bulan
atau Bubur Bordo atau Fylomac 90 setiap dua minggu, dengan cara mengoleskan pada bagian
yang terserang sampai
jarak 30 cm ke atas dan ke bawah. Bila serangan lebih
berat lagi (tingkat corticium atau necator), maka dilakukan mengelupasan kulit yang
busuk kemudian dilumasi
dengan Calixin 750 EC atau Antico F-96.
Penyakit
gugur daun Colletotrtichum (C. gloeosporiodes)
Penyakit
ini menyerang pada berbagai tingkat umur
tanaman.
Daun-daun muda yang terserang terlihat lemas
berwarna
hitam, mengeriput, bagian ujungnya mati dan
menggulung.
Pada daun dewasa terdapat bercak-bercak
berwarna
hitam, berlubang dan daun berkeriput serta bagian ujungnya
mati. Tanaman yang terserang berat tajuknya
menjadi
gundul. Penyakit ini juga mengakibatkan mati pucuk. Serangan penyakit ini terjadi pada
saat tanaman membentuk daun muda selama musim hujan.
Serangan berat bisa terjadi pada
kebun yang letaknya di atas 200 m dpl atau pada daerah beriklim basah.
Pengendalian:
Menanam
klon yang tahan, yaitu BPM 107, BPM 109, RRIC 100,
RRIM 600, PB 260 dan PB 330.
Pemupukan
yang seimbang, sehingga tanaman sehat.
Penggunaan
fungisida Dithane M-45 0,25%, Delsene MX
200
0,2%, Manzate M-200 0,2%, Sportak 450 EC, Cobox 0,5%
atau Cupravit 21 OB 0,5%, Daconil 75 WP 0,2%, Antracol
70 WP 0,2%, Dofolatan/Indafol 476 F (600 g/ha bahan
aktif/putaran) atau Tilt 259 EC (125 g/ha bahan aktif/putaran)
dengan interval satu minggu sekali sebanyak
lima
kali penggunaan. Penggunaan fungisda pada saat tanaman
terserang sudah mencapai 10% (klik link dibawah ini untuk membaca langsung dari sumbernya).
Sumber : Jamhari Hadi Purwanta,Kiswanto, Slameto “Teknologi Budidaya KARET”BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN BADAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Sumber : http://harno-blog.blogspot.com/2012/06/pengendalian-hama-dan-penyakit-tanaman.html#ixzz2DRhtnNzj
Tag :
hama dan peyakit
0 Komentar untuk "PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KARET"